Produksi CPO PTPN V 600 Ribu Ton

JAKARTA – PT Perkebunan Nusantara V (PTPN V) menargetkan produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) mencapai 600 ribu ton hingga akhir tahun ini, atau melonjak 20% dari realisasi 2018 yang sebesar 500 ribu ton. Tahun ini, rendemen sawit perusahaan ditargetkan naik menjadi 24% dan produktivitas tandan buah segar (TBS) mencapai 26 ton per hektare (ha).

Direktur Utama PTPN V Jatmiko Krisna Santosa mengatakan, rendemen TBS BUMN perkebunan tersebut pada 2018 telah mencapai 23%, sedangkan produktivitas kebun inti pada tahun yang sama mencapai 24 ton TBS per ha per tahun. “Hingga akhir 2019, kami menargetkan produksi mencapai 600 ribu ton CPO. Tahun ini, kami targetkan rendemen naik menjadi 24% dan produktivitas TBS mencapai 26 ton per ha per tahun,” kata Jatmiko Krisna usai acara Penyerahan Sertifikat ISPO dan Konferensi Auditor ISPO di Jakarta, kemarin.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Bagian Perencanaan Strategis PTPN V Ugun Untaryo menambahkan, peningkatan rendemen dan produktivitas itu ditopang oleh upaya-upaya yang telah dilakukan perusahaan. Upaya itu mulai dari pemilihan bibit, perawatan di kebun, hingga investasi peningkatan kualitas pengolahan pabrik kelapa sawit (PKS). Saat ini, PTPN V memiliki kebun di 30 lokasi dengan 12 unit PKS yang tersebar di Pekanbaru, Riau. Kapasitas terpasang PKS saat ini sekitar 550 ribu ton TBS per jam dengan utilisasi sekitar 85%.

Tahun ini, PTPN V akan menambah 2 unit PKS di Tandun dan Air Molek, kapasitas masing-masing 30 dan 45 ton TBS per jam dengan total investasi Rp 300 miliar. PTPN V menargetkan tahun depan konstruksi sudah rampung dan commissioning bisa bertepatan saat panen pada semester II-2020.

 Investasi itu memang dibutuhkan untuk mengantisipasi lonjakan produksi PTPN V pada 2020, sejalan dengan semakin meningkatkan produktivitas kebun. “Dari kalkulasi perusahaan, produksi 2020 akan membeludak. Karena memang kami terus memacu produktivitas, sehingga terjadi lonjakan produksi tanpa menambah lahan. Kalau hanya dengan PKS yang ada saat ini, nggak nampung lagi,” kata dia.

Dia menambahkan, PTPN V sedang mempersiapkan teknis pelaksanaan IPO (penawaran saham perdana) yang ditargetkan terlaksana pada awal 2020. Dana hasil IPO dialokasikan terbesar untuk pengembangan perusahaan. Persiapannya sendiri pada pekan ini PTPN V akan mendengarkan presentasi dari konsultan terkait kajian IPO.

“Kami memang ingin segera terlaksana, karena ini juga amanah holdingagar PTPN V bisa IPO. Tentu masih banyak yang harus diurus, termasuk pemegang saham dan perizinan, teknisnya mungkin awal tahun depan kali ya,” kata Ugun.

Sementara itu, dia menambahkan, PTPN V menargetkan komposisi ekspor tahun ini ditargetkan naik. Pada 2018, ekspor komoditas perkebunan PTPN V sekitar 20% dari produksi. “Tahun ini, kami harapkan bisa menjadi 40%. Untuk pemasaran, kami juga dibantu holding,” kata Ugun.

 

Konversi Lahan Karet

Dalam kesempatan itu, Ugun Untaryo mengungkapkan, pihaknya tengah mengurus perizinan untuk perubahan komoditas. BUMN perkebunan itu akan mengonversi lahan pertanaman karetnya menjadi kebun sawit. Perizinan yang dibutuhkan termasuk perubahan analisis dampak lingkungan (amdal). “Kalau memang diperhitungkan lebih menguntungkan, kami memang akan mengonversi lahan karet menjadi sawit. Beberapa luasan sudah kami konversi.

Saat ini, kami tengah melakukan pengurusan izin untuk perubahan komoditas. Rencananya, kami akan mengonversi lagi 2.000-3.000 ha kebun karet PTPN V menjadi kebun sawit,” kata Ugun. Rencananya, lanjut Ugun, pengolahan lahan dan penanaman diharapkan bisa dimulai pada 2020. Artinya, pada 2021 luas kebun inti sawit PTPN V bakal bertambah sekitar 3.000 ha.

Secara teknis, langkah tersebut tidak ada masalah, tinggal pengurusan izin ke Kementerian Pertanian (Kementan), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), juga gubernur (pemerintah daerah). “Memang banyak yang harus diurus karena ini perubahan komoditas,” kata Ugun. Saat ini, PTPN V memiliki luas areal sawit tertanam sekitar 83.759,15 ha. Hingga saat ini, sekitar 66% areal sawit PTPN V telah bersertifikat Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) yakni 55.615,11 ha. Produksi CPO PTPN V tahun ini ditargetkan mencapai 600 ribu ton dengan 300 ribu ton di antaranya telah bersertifikat ISPO.

Produksi tersebut dihasilkan 12 PKS yang terintegrasi dengan kebun PTPN V. “Pada 2020, kami menargetkan seluruh areal PTPN V hingga 100% bersertifikat ISPO,” kata Direktur Utama PTPN V Jatmiko Krisna Santosa.

Sementara itu, lanjut Jatmiko, pihaknya tengah mengerjakan proyek pembangkit listrik biogas (PLTB) memanfaatkan POME. Sebanyak 1 unit PLTB akan dibangun di Terantam dan dijadwalkan mulai beroperasi bulan depan, lalu 1 unit PLTB lainnya dibangun di Sei Pagar yang ditargetkan bisa beroperasi tahun depan. “Kapasitas masing-masing PLTB tersebut sekitar 800 KW hingga 1 MW. Untuk saat ini, listrik yang dihasilkan dikonsumsi internal saja sudah habis,” kata Jatmiko.