Gerak Diplomasi Perdagangan Sawit di India

JAKARTA – Perdagangan minyak sawit antara kedua negara, Indonesia dan India, sejatinya telah berkembang sangat pesat dalam dua dekade terakhir. Bahkan pasar minyak sawit India sangat berpotensi bagi pasar minyak sawit Indonesia, namun demikian pasar ke negeri Bolywood ini juga penuh tantangan.

Sebab itu dibutuhkan solusi guna mengatasi tantangan tersebut, salah satunya dengan komunikasi, dengan pertemuan melalui kunjungan dan melalui negosiasi. Sudah seawajarnya ada kerja bersama untuk menemukan solusi.

Berikut penulis tunjukkan tantangan yang telah ditemukan, dan pencapapaian solusi dengan bekerja sama di masa lalu.

Pada tahun 1988, untuk pertama kalinya penulis mengunjungi India bersama dengan tim Indonesia untuk promosi investasi dan perdagangan, dipimpin oleh Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) kala itu Bapak Sanyoto.

Pada pertemuan tersebut tim perundingan menemukan bahwa India tidak mengimpor minyak sawit sama sekali. India dalam upaya memenuhi kebutuhan pasokan minyak nabati dalam negeri dengan cara mengimpor minyak nabati jenis lain untuk memenuhi kebutuhannya.

Penulis berfikir itulah alasan mengapa Indonesia dan Malaysia tidak terlalu memperhatikan ketika WTO membahas tarif-tarif untuk impor ke India. Kemudian kami terkejut ketika tarif impor untuk minyak sawit mencapai 300% sedangkan untuk minyak kedelai hanya 45%.

Pada suatu saat ketika pemerintah India menerapkan tarif 60% untuk impor minyak kelapa sawit dari Indonesia, penulis berkesempatan mengunjungi salah satu Pabrik Kelapa Sawit di India.

Biaya produksi untuk minyak kelapa sawit di pabrik tercatat mendekati US$ 600 per ton. Sementara harga minyak sawit asal Indonesia saat itu masih sekitar US$ 400 per ton. Sehingga dengan demikian pabrik itu tidak bisa bersaing dengan impor minyak sawit dari Indonesia.

Sumber : https://www.infosawit.com/news/8922/gerak-diplomasi-perdagangan-sawit-di-india