Produk Kelapa Sawit Asal Riau Sedang Diminati Pasar Dunia
PEKANBARU, Permintaan komoditas kelapa sawit asal Riau tidak diragukan lagi kualitasnya. Produk kelapa sawit asal provinsi ini sedang diminati pasar dunia.Badan Pusat Data dan Informasi Kementerian Pertanian (Kementan) melansir, Riau merupakan penghasil kelapa sawit terbesar di Indonesia dengan luas mencapai 2.430,51 hektar dan produksi mencapai rata-rata 8.605,65 ribu ton.
Setelah Riau, kemudian masing-masing Provpinsi Sumatera Utara (Sumut), Kalimantan Barat (Kalbar), Kalimantan Tengah (Kalteng), dan Sumatera Selatan (Sumsel) dengan rata-rata luas lahan hingga 1,400 ha per provinsi. Saat ini komoditas kelapa sawit juga menjadi salah satu andalan pemerintah dalam meraup devisa.
”Kita tengah gencarkan ekspor komoditas pertanian, untuk mendorong neraca perdagangan dengan ekspor nonmigas. Dan hal ini sesuai dengan instruksi presiden,” kata Ali Jamil, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Kementan pada saat menyerahkan Surat Kesehatan Tumbuhan atau Phytosanitary Certificate, PC kepada PT JPJ, PT IMT, PT WNI, dan PT RW di Pekanbaru, Senin (11/3/2019).
Kepala Karantina Pertanian Riau, Rina Delfi memaparkan data pelepasan ekspor komoditas turunan kelapa sawit yaitu cangkang sawit (Palm Kernel Shell) milik PT JPJ berjumlah 31.200 ton dengan nilai Rp29 miliar, bungkil sawit (Palm Kernel Expeller) milik PT IMT berjumlah 14.000 ton dengan nilai Rp20 miliar, dan RBD (Refined, Bleached and Deodorized) Palm Kernel Oil milik PT WNI berjumlah 11.500 ton dengan nilai setara Rp205 miliar dengan negara tujuan Jepang, China, Thailand, Korea Selatan, Brazil, dan Ukraina.
Sementara melalui Wilayah Kerja Dumai, Rina menyampaikan data ekspor Palm Kernel Meal Expeller sebanyak 7 ribu ton dengan nilai Rp11,7 miliar. RBD palm oil sebanyak 7 ribu ton setara dengan Rp68,5 miliar. RBD palm olein sebanyak 14,7 ribu ton setara Rp148 miliar. RBD palm stearin sebanyak 8 ribu ton setara dengan Rp91,4 miliar. Palm fatty acid distillate sebanyak 1.200 ton setara Rp6,8 miliar, dan hammermilled palm kernel meal sebanyak 11,2 ribu ton setara dengan Rp17 miliar.
Dengan negara tujuan yaitu Korea Selatan, Haiti, Turki, China, dan New Zealand. Sehingga total ekspor produk pertanian yang telah dilakukan tindakan pemeriksaan dan pengawasan Karantina Pertanian Riau adalah sebesar 107 ribu ton atau senilai Rp627 miliiar.
“Berdasarkan data lalu lintas ekspor kelapa sawit beserta turunannya pada tahun 2018 telah mencapai 3 juta ton setara dengan Rp27 triliun,” kata Rina.
Turut hadir pada acara pelepasan ekspor tersebut yakni Gubernur Riau Syamsuar yang didampingi pejabat dinas terkait dan pelaku usaha agribisnis. Syamsuar menyampaikan apresiasinya atas kinerja Karantina Pertanian Pekanbaru yang telah mengawal komoditas unggulan daerahnya ke manca negara.
Menurut Syamsuar, kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan utama di Provinsi Riau dan mempunyai peran penting bagi subsektor perkebunan dalam meningkatkan pendapatan petani dan masyarakat serta pengolahan industri kelapa sawit mendorong ekspor turunan kelapa sawit sehingga menghasilkan devisa bagi negara.
Perlancar Ekspor, Kementan Perkuat Sistem Perkarantinaan
Selain kelapa sawit dan produk turunannya, Provinsi Riau yang kaya akan produk pertanian ekspor ini juga dilakukan sertifikasi pelepasan ekspor terhadap komoditas pertanian lainnya. Yaitu ekspor nenas sirup di wilayah kerja Sungai Guntung sebanyak 41 ton setara dengan Rp341 juta tujuan Amerika Serikat dan China.
Kemudian, ekspor kelapa bulat di wilayah kerja Sungai Guntung, Tembilahan, dan Selatpanjang dengan total 2,3 ton setara dengan Rp4,5 miliar tujuan Malaysia. Kelapa parut sebanyak 298 ton setara dengan Rp2,9 miliar, santan kelapa 838 ton setara dengan Rp20 miliar tujuan Malaysia, China, Mesir, Amerika Serikat, dan Eropa. Selanjutnya, kayu karet olahan milik PT RW sebanyak 75 ribu m3 setara dengan Rp423 juta tujuan Vietnam.
Berdasarkan data lalu lintas produk pertanian di Karantina Pertanian Riau, di tahun 2018, jumlah ekspor kelapa bulat dan turunan mencapai 450 ribu ton setara dengan Rp3,3 triliun. Sedangkan untuk produk olahan karet pada tahun 2018 mencapai setara 5,6 ribu m3 senilai Rp48 miliar.
Sebagai garda terdepan pengawasan dan perlindungan produk pertanian, Barantan terus lakukan upaya dalam penguatan sistem perkarantinaan. Khusus untuk akselerasi ekspor upaya yang dilakukan di antaranya meningkatkan kualitas layanan publik, sertifikasi manajemen mutu laboratorium ISO/EIC 17025-2017, penerapan sistem manajemen antipenyuapan dan pembinaan perusahaan eksportir dengan program Agro Gemilang.
“Penguatan sistem perkarantinaan menjadi penting agar jaminan produk pertanian kita diterima di pasar dunia,” ujar Jamil. ***
Follow Us!