Rabu, 14 Februari 2018 - 15:43:31 WIBPetani dan Industri Karet Terpuruk
Diposting oleh : Humas PTPN V
Kategori: Karet - Dibaca: 263 kali
MEDAN, Harga karet masih sekitar Rp 5.000 perkilogram.Kondisi itu jauh dari ideal karena harga bahan kebutuhan pokok terus meningkat . Akibatnya, Banyak Petani yang mebiarkan kebunnya tebengkalai atau menebang pohonnya untuk dijual batangnnya dan diganti dengan tanaman lain.
"Seorang pekerja menyadap karet paling banyak 200 kilogram dalam satu minggu. Dengan harga Rp 5.000 perkilogram, penyadap hanya memperoleh pendapatan Rp 100.000 selama satu pekan," kata Martini beru Sebayang (26), petani dan tauke karet di Kecamatan Sinembah Tanjung Muda Hulu,Kabupaten Deli Serdang, Selasa (13,2)
Saat ini dia pun hanya bisa mengumpulkan karet dari petani sekitar 10 ton perbulan."Padahal, pada 2011,saya bisa mengumpulkan paling sedikit 100 ton getah karet dalam sebulan," kata Martiani.
Penurunan produksi getah karet,kata Martiani,terjadi hampir merata.Bahkan, banyak tauke karet yang menutup usaha karena semakin sedikit petani yg menjual karet kepada mereka.
Martiani saat ini hanya mempunyai sekitar 2 hektar (ha) kebun karet dari sebelumnya 10 ha.Dari jumlah oitu, 8 ha pohonnya ditebang. Sebagian diganti dengan tanaman sawit dan sebagian masih kosong karena tak ada modal untuk mengolahnya ."Menebang pohon karet sebenarnnya seperti menebang masa depan kami," katanya
Meski kebun karet Martiani tersisa 2 ha, tidak semua tanaman karetnya bisa disadap karena tak ada tenaga kerja yang mau menyadap karet. Di desanya,penyadap karet serta pemilik kebun mendapat upah yang sama.
Akibat upah yang rendah itu, para penyadap lebih memilih buruh bangunan dikota dengan upah Rp 70.000 perhari.Kebun-kebun karet pun akhirnya terbengkalai karena tidak terurus dan disadap. "Kami juga sudah bertahun tahun tidak memupuk kebun karet. Uang dari mana untuk membelii pupuk," katanya.
Sekretaris Gabungan Perusahaan Karet Indonesia Sumatra Utara Edi Irwansyah mengatakan , harga karet yang hanya berkisar Rp 5.000 per kg memang sudah tidak menguntungkan lagi bagi petani. Harga yang menggairahkan bagi petani paling tidak Rp 10.000 perkilogram.
Menurut Edy, produktivitas karet dari petani memang terus merosot karena banyak pohon karet yang tidak disadap, bahkan banyak yang ditebang. Menurunnya produktivitas karet ini antara lain tergambar dari krisis bahan baku karet yang dialami 28 pabrik karet remah di Sumatra Utara ada diSumut sekitar 800.000 ton karet remah pertahun Namun,bahan baku karet yang ada hanya sekitar 400.000 ton.Terjadi kapasitas menanggur sekitar 50 persen," katanya.
Tingginya kapasitas menanggur ini, kata Edy, telah menimbulkan inefisiensi. Pabrik harus membayar tenaga kerja dan membayar tenaga kerja dan menggerakkan mesin dengan biaya operasional yang sama. Namun , produksinya hanya setengah dari kapasitas. (NSA)
sumber: Kompas,Rabu 14 Febuari 2018,Halaman22

- Sawit Kembali Jadi Penyumbang Devisa Terbesar
- Harga TBS Sawit Tingkat Petani di Madina Naik Jadi Rp 1.550/kg
- Harga TBS Sawit di Riau Dibayar Rp1.896,99 per Kilogram, Berikut Rinciannya
- Kampanye Negatif Sawit Persulit Ekspor Biodiesel
- Industri Sawit Eropa Dukung Indonesia Lawan Diskriminasi Uni Eropa
0 Komentar :
Isi Komentar :



