Penguatan Tata Kelola PTPN V Memperoleh Pengakuan Tim Independen

Chief Executive Officer PTPN V, Jatmiko K Santosa dan SEVP Business Support PTPN V, Rurianto, memperlihatkan dua penghargaan yang diraih dalam ajang Governance, Risk, and Compliance (GRC) and Performance Excellence Award 2021.

Pekanbaru – Implementasi Governance, Risk dan Compliance (GRC) yang kuat di PT Perkebunan Nusantara V memperoleh pengakuan tim independen dengan memberikan dua penghargaan dalam ajang GRC and Performance Excellence Award 2021.

Penghargaan pertama adalah The Best GRC For Corporate Governance 2021. Penghargaan prestisius dengan penilaian berupa empat Diamond tersebut diraih PTPN V untuk kategori Agro Business Industries.

Selanjutnya, penghargaan serupa diberikan kepada Chief Executive Officer (CEO) PTPN V, Jatmiko K Santosa sebagai The Best CEO 2021.

Ajang penghargaan yang dilakukan dengan protokol kesehatan ketat dan disiarkan secara daring, Kamis (5/8/2021) malam di Jakarta tersebut digelar oleh Majalah BusinessNews Indonesia, dengan melibatkan pakar profesional di bidang good corporate governance (GCG).

PTPN V berhasil menjadi salah satu yang terbaik setelah menjalani serangkaian penilaian ketat bersama lebih dari 200 perusahaan di Indonesia.

“Pertama, saya ingin menyampaikan terimakasih atas penghargaan ini. GRC tidak sekedar regulatory compliance. Namun, turut menjadi enabler dalam pelaksanaan multilayer strategy performa perusahaan,” kata Jatmiko dalam keterangan tertulisnya, Minggu (8/8/2021).

“Bagaimana GCG tidak sekedar pemenuhan perundangan dan administrasi, dengan transformasi dalam dua tahun terakhir penerapan GCG dengan role model yang dapat diteladani menjadi pendorong untuk berbagai catatan baik PTPN V,” katanya lagi.

Jatmiko yang juga ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Cabang Riau itu mengatakan bahwa praktik penerapan GRC yang semakin kuat sejak beberapa tahun belakangan berbanding lurus dengan kinerja perusahaan.

Dari sisi produktivitas tandan buah segar (TBS), lanjut dia, PTPN V memecahkan rekor tertinggi mencapai 23,87 ton per hektare. Angka tersebut di atas standar industri nasional.

Dari sisi finansial, PTPN V juga berhasil mencatatkan kinerja gemilang dengan memecahkan rekor pendapatan bersih tertinggi sepanjang sejarah. Sepanjang 2020 lalu, laba bersih PTPN V mencapai Rp417 miliar atau melonjak lebih dari 600 persen dibandingkan 2019 sebesar Rp67 miliar. 

“Paradigma baru, transformasi SDM dan teknologi serta inovasi, akan terhenti di permukaan tanpa trust dan engagement dari seluruh karyawan. Maka menyampaikan mimpi bersama secara repetitive, walk the talk serta memberi keteladanan menjadi salah satu jalan agar GRC semakin efektif,” urainya.

Beberapa kriteria penilaian yang menobatkan anak perusahaan Holding Perkebunan sebagai salah satu perusahaan terbaik itu meliputi, perusahan yang memiliki komitmen tinggi dalam implementasi good corporate governance (GCG) hingga strategi yang dilakukan oleh para CEO dalam menghadapi krisis ekonomi global dan domestik di masa pandemi Covid-19.

Penilaian juga turut mengambil berat tentang upaya transformasi digital yang dijadikan sebagai kunci sukses dalam penerapan GRC di korporasi untuk mendukung kesuksesan, serta tata kelola dan mitigasi risiko yang sudah dilakukan di perusahaan agar menjadi korporasi terpercaya juga menjadi bagian dari penilaian oleh para dewan juri dan pakar.

Ketua Penyelenggara GRC & Performance Excellence Award 2020 Irnanda Laksanawan dalam sambutannya menjelaskan event ini merupakan kegiatan corporate rating (award) tahunan di bidang tata kelola perusahaan yang baik, manajemen risiko, dan manajemen kepatuhan.

Melalui program tersebut, maka dia berharap perusahaan akan lebih terdorong untuk mematuhi tata kelola perusahaan yang baik secara internal maupun terhadap para stakeholder.

Ia mengatakan bahwa PTPN V dan sejumlah perusahaan yang memenangkan penghargaan tersebut telah melaksanakan bisnis mode re-invention. “Kita memberikan penghargaan berupa bintang lima dan bintang empat. Untuk yang bintang lima itu artinya telah menerapkan bisnis model reinvention. Sedangkan untuk bintang empat, berada dalam on track menuju ke arah sana,” paparnya.

Irnanda juga turut menyinggung bahwa persaingan dan perubahan model bisnis global begitu cepat. Sehingga, perusahaan-perusahaan di Indonesia, apalagi perusahaan BUMN harus cepat menyesuaikan diri. “Tanpa teknologi yang kuat, maka persaingan akan sulit dimenangkan,” ia mengingatkan.