Millenial Planters Bootcamp, Regenerasi Para Pekebun Hebat Nusantara

Pekanbaru – PTPN Group, salah satu entitas badan usaha milik negara yang mengelola perkebunan negara terbesar di Indonesia kini dihadapkan dengan dinamika dan beragam perubahan yang begitu cepat. Salah satu yang menjadi fokus adalah menyiapkan para milenial sebagai generasi unggul penerus para pekebun hebat.

Hal itu disampaikan Direktur Utama PTPN III (Persero), Mohammad Abdul Ghani, dalam Millenial Planters Bootcamp yang diikuti ratusan milenial Holding PTPN secara daring via aplikasi komunikasi video Zoom Meeting, Rabu (2/6/2021).

“Dan saat ini tugas penting kita adalah menyiapkan generasi penerus agar lebih siap dibandingkan kami,” katanya.

Millenial Planters Bootcamp merupakan program yang digagas untuk memperkuat dan ajang pembelajaran bagi para generasi milenial yang tergabung dalam BUMN Perkebunan dengan memahami karakteristik pekebun melalui buku yang ditulis Mohammad Abdul Ghani sendiri dengan judul Jejak Planters di Tanah Deli.

Selain menjadi pembicara utama, program yang diikuti sedikitnya 380 milenial itu turut menghadirkan Jatmiko K Santosa selaku Chief Executive Officer PTPN V dan Siwi Peni Direktur PTPN XII.

Secara pribadi, Ghani mengakui dirinya tidak mengkhawatirkan akan kemampuan para milenial karena memiliki modal pengembangan diri yang jauh lebih baik dibandingkan dengan generasi dirinya. “Dengan adanya teknologi informasi, fasilitas komunikasi yang tidak terbatas, maka saudara punya peluang yang tidak terbatas pula untuk menjadi professional di bidangnya masing-masing,” ujarnya.

Namun, ia memberikan catatan bahwa identitas dan cara berpikir yang harus ditingkatkan untuk menjadi seorang pemimpin yang hebat. Selanjutnya, ia juga berpesan agar seorang milenial harus memiliki visi yang jelas agar perusahaan dapat terus tumbuh dan berkembang hingga seratus tahun mendatang.

“Yang menjadi catatan saya bagi milenial adalah saudara tidak pernah mengalami apa yang kami rasakan. Terutama dalam hal membentuk watak dan identitas. Saya ingin saudara-saudara tidak lupa sejarah. Yang perlu milenial lakukan adalah sering membaca sejarah, terutama perkebunan,” urainya.

Sementara itu, CEO PTPN V Jatmiko K Santosa menambahkan seorang pekebun harus mampu menjadi generalis dan spesialis. Dua hal itu dibutuhkan untuk cepat beradaptasi dan menjadi ahli di bidang masing-masing.

“Saya telah menyelesaikan membaca buku Bapak Dirut. Secara garis besar, saya menyimpulkan. Kultur di perkebunan membuat kita menjadi generalis dan spesialis. Generalis harus mampu adaptasi yang cepat, dan juga spesialis yang memahami secara keseluruhan,” tuturnya.

Menurut Jatmiko, saat ini terjadi erosi budaya pekebun (culture planters). Erosi tersebut disebabkan tiga faktor, perubahan lingkungan dan relasi pekerjaan yang menghasilkan faktor eksternal serta pergeseran mindset dan perilaku.

Padahal, culture planters merupakan budaya universal yang justru akan membuat kita siap ditempatkan dalam berbagai jenis pekerjaan. Untuk itu, sejak menahkodai PTPN V, Jatmiko tidak sungkan untuk memberantas pola pikir negatif yang menggerogoti roda perusahaan dari dalam.

Alhasil, saat ini PTPN V berhasil mencatatkan berbagai prestasi gemilang seperti produktivitas sawit dan perolehan laba perusahaan tertinggi sepanjang sejarah. Lebih jauh, Jatmiko turut berpesan kepada milenial bahwa satu hal yang tidak akan berubah di dunia ini adalah perubahan.

“Dan untuk mengikuti arus perubahan, maka teman-teman harus terus meningkatkan kapasitas diri. Ada banyak cara, apalagi di zaman serba mudah saat ini. Saya juga selalu tekankan kepada teman-teman PTPN V bahwa ruang terbesar di dunia ini adalah perbaikan atau improvisasi,” tutup dia.

Siwi Peni, Direktur PTPN XII juga turut berpesan bahwa seorang pemimpin di mana pun ia ditugaskan harus memahami bagaimana perusahaan berjalan. “Budaya planters harus tau end to end. Artinya apa? Dia harus paham perjalanan yang dibelanjakan sampai keuntungan didapat,” tegas wanita berhijab itu.

Selain itu, ia turut berpesan agar terus menebar manfaat, tetap produktif, bagi sekitar jika ingin menjadi sosok yang tidak terpinggirkan.