Godaan Harga Sawit Tinggi


Di awal 2020, harga sawit melesat sampai RM 3.000 per ton. Tingginya harga sawit berpotensi mengganggu pasokan bahan baku sawit untuk biodiesel. Apakah mungkin program B30 terganggu?

“Saya khawatir B30 bisa gagal. Pasalnya, produsen CPO lebih tertarik ekspor karena harga tinggi. Selain itu, tuntutan  biaya subsidi biodiesel makin besar.  Jika B30 gagal, harga sawit dunia akan turun lagi,” ujar Dr. Tungkot Sipayung, Direktur Eksekutif PASPI saat menganalisis pergerakan harga CPO.

Pada 31  Desember 2019, harga CPO menyentuh level tertinggi sepanjang tiga tahun terakhir mencapai RM 3.025 per ton. Melansir laporan Malaysian Palm  Oil Board (MPOB), tingginya harga disebabkan merosotnya stok sawit dan peningkatan konsumsi domestik di negara produsen sawit.

“Implementasi mandatori biodiesel di kedua negara produsen (Indonesia dan Malaysia) dapat   meningkatkan konsumsi minyak sawit di pasar domestiks. Selain itu, mampu mengurangi pasokan minyak sawit ke pasar ekspor, yang selanjutnya mendukung harga lebih tinggi,” dilansir dari laman MPOB

Kekhawatiran Tungkot Sipayung cukup beralasan. Meroketnya harga minyak sawit merupakan peluang bagi pengusaha untuk menutup loss sepanjang dua tahun terakhir. Itu sebabnya, kalangan sektor hulu akan memilih untuk menjual kepada eksportir. Kanya Lakshmi, Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa  Sawit Indonesia (GAPKI), menjamin pasokan suplai sawit kepada produsen biodiesel tidak akan terganggu. Sebab, program B30 telah menjadi mandatori. Itu sebabnya, pelaku sektor hulu akan memprioritaskan kebutuhan dalam negeri, barulah melirik pasar ekspor.

Sementara itu, Hary Hanawi, Wakil Ketua Umum Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (APROBI), menyebutkan tingginya harga CPO diharapkan tidak akan mempengaruhi suplai B30. Apalagi produsen sudah berkomitmen untuk memenuhi mandatori B30 di dalam negeri.

Michael Kesuma, Head Investor Relation PT Sampoerna Agro Tbk, sangat mengapresiasi program B30 yang diluncurkan semenjak 23 Desember 2019. Program ini menjadi faktor kunci mendongkrak harga CPO di pasar global. Selain, adanya faktor turunnya pasokan sawit di negara produsen seperti Malaysia dan Indonesia.

Dikatakan Michael, harga memang bakalan terkerek naik karena secara fundamental antara permintaan dan pasokan sudah tidak lagi seimbang. “Semenjak Oktober 2019, harga mulai bergerak naik. Begitu program B30 diluncurkan Presiden Jokowi, pasar langsung bereaksi. Dan, harga sawit langsung meroket,” jelasnya.

Bernard Riedo, Direktur Asian  Agri, menyakini produsen biodiesel akan menjaga pasokan ditengah tingginya harga sawit. apalagi, mereka sudah berkomitmen kepada pemerintah. Jika komitmen dilanggar, produsen dapat dijatuhkan sanksi. “Jika produsen gagal menyuplai biodiesel, dapat dijatuhkan sanksi enam ribu rupiah per liter. Sanksi ini diatur dalam regulasi Kementerian ESDM,” ujarnya.

Sebagai informasi, Pertamina melakukan penandatanganan kerjasama pengadaan FAME (Fati Acid Methyl Ester) dengan 18 Badan Usaha Bahan Bakar Nabati (BUBBN) yang ditunjuk oleh pemerintah melalui Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (KESDM) pada pertengahan Desember 2019. Kerjasama pengadaan FAME ini merupakan bagian dari implementasi penyediaan Biosolar dengan kandungan FAME sebesar 30% (B30).

sumber :
https://sawitindonesia.com/godaan-harga-sawit-tinggi/