Petani Mendulang Untung Dari Minyak Sawit Berkelanjutan

JAKARTA – Penerapan praktik budidaya kelapa sawit layak lingkungan dan sosial, sejatinya tidak hanya dilakukan perusahaan perkebunan kelapa sawit skala besar, lantaran tataran petani kelapa sawit swadaya pun bisa melakukannya.

Bukan hal yang mustahil bila semua dilakukan dengan sesuai aturan dan dipahami terlebih dahulu. Bagi petani upaya mengubah perilaku budidaya bisa dilakukan sepanjang memiliki manfaat.

Berdasarkan pengalaman Grup Manager KUD Tani Subur, Sutiyana, pemahaman menjadi sangat penting, lantaran bagi petani memdudidayakan kelapa sawit bertujuan untuk memperbaiki tingkat ekonomi.

Buktinya kata Sutiyana, saat dirinya beserta teman petani lain yang tergabung dalam KUD Tani Subur sepakat untuk menerapkan skim minyak sawit berkelanjutan versi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), mampu dengan cepat beradaptasi. Tatkala terdapat 67 temuan, dalam waktu tiga bulan bisa diperbaiki dan hanya menjadi 5 temuan saja.

“Sebelumnya kami hanya mengajukan sebanyak 300 ha dengan melibatkan 190 petani, dan bisa lolos sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) dan RSPO, dan dari hasil sertifikasi RSPO kami bisa mendapatkan insentif sebanyak Rp 250 juta, itu pertama kali yang dirasakan para petani,” katanya kepada InfoSAWIT, disela-sela FGD Minyak Sawit Berkelanjutan: Diskusi Sawit Bagi Negeri Vol 4 di Jakarta, belum lama ini.

Namun demikian lebih lanjut kata Sutiyana, uang yang didapat tidak lantas diserahkan seluruhnya kepada petani, tetapi disisihkan untuk operasional KUD dan keperluan pembelian pupuk bersubdisi.

Dari keberhasilan tahap pertama, mendorong petani lain tertarik dan ikut bergabung sekaligus sepakat menerapkan budidaya kelapa sawit berkelanjutan, pada 2018 lalu lahan yang sudah tersertifikat RSPO telah seluas 1.427 ha, atau hampir meliputi satu desa dan aktif menerapkan budidaya kelapa sawit berkelanjutan, serta memperoleh insentif penjualan sekitar Rp 2 miliar.

“Upaya ini kami terus dorong dan ada beberapa petani yang juga masih kepingin ikut begabung berupa eks plasma, harapannya 2020 bisa rampung proses sertifikasinya,” kata Sutiyana.

Diakui Sutiyana, masih lambatnya capaian penerapan praktik budidaya kelapa sawit di tingkat petani, lantaran minimnya informasi dan pemahaman petani terkait praktik budidaya kelapa sawit berkelanjutan. Namun dengan adanya pendampingan dan bantuan dari lembaga nirlaba membuat petani semakin paham dan mengerti mana lahan yang tidak boleh diganggu. Dan mengerti regulasi yang telah ditetapkan pemerintah termasuk memahami apa itu arti “Berkelanjutan”.

Sumber: https://www.infosawit.com/news/9614/petani-mendulang-untung-dari-minyak-sawit-berkelanjutan