Pentingnya Katalis Dalam Konvensi Minyak Sawit Jadi Bahan Bakar Nabati

Sejumlah ilmuwan yang tergabung di Kelompok Pusat Rekayasa Katalis Institut Teknologi Bandung sukses menghasilkan katalis yang mengubah minyak kelapa sawit menjadi bahan bakar jeni solar. Dari katalis yang sama, minyak kelapa juga bisa diolah sebagai avtur.

Katalis menjadi sangat penting dalam upaya memproduksi bensin dan bahan kimia. Lalu apa sebenarnya Katalis tersebut.

Ditemui di ruang Pusat Rekaya Katalis ITB, ahli kimia yang juga salah satu pencipta Katalis bernama Dr.Melia Laniwati Gunawan, menerangkan Katalis adalah zat kimia/material yang membantu mempercepat dan mengarahkan reaksi kimia yang mengkonversi suatu bahan baku (umpan) menjadi bahan lain (produk) yang diinginkan.

” Sehingga dengan hadirnya katalis di dalam reaktor (alat untuk melangsungkan reaksi) membuat reaksi jadi cepat dan terarah sehingga jadi ekonomis. Hampir semua industri kimia memerlukan katalis,” terang Melia kepada indonews.id, Rabu (24/4/2019).

” Katalis sangat banyak macam dan jenisnya, dan Indonesia masih import, jadi itulah yang mendasari dan memicu kami, tim dari lab Teknik Reaksi kimia dan katalisis, program studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri-ITB untuk melakukan penelitian pengembangan katalis dengan harapan mendapatkan resep dan prosedur pembuatan/sintesis katalis-katalis yg bisa diproduksi dan dipakai oleh industri-industri (skala komersial), sehingga Indonesia mandiri dalam teknologi katalis,” jelanya menambahkan.

Dijelaskan Dosen Teknik Kimia ini, pembuatan katalis adalah : dibuat skala kecil (laboratorium), dimana jumlahnya sekitar 1 -10 gram, setelah jadi diuji aktifitasnya dalam reaktor kecil juga ralam mengkonversi umpan jadi produk. Jika katalis yg diuji belum baik, maka dibuat lagi dgn mengubah resep dan prosedur. Begitu berulang ulang sampai dapat yang bagus ( mengkonversi umpan dengan derajat yang tinggi dan selektivitas, memberikan kemurinian produk yang tinggi pula.

Karena saat dipakai oleh industri katalis dalam skala ton ( ada yg 1 – 5 ton per satu reaktir pabrik). Maka kami merancang pabrik katalis pendidikan di kampus yg bisa menghasilkan katalis dalam jumlah 1 -5 kg sekali buat. Pabrik dirancang spt pabrik katalis komersial, hanya skalanya seratus atau seribu lebih kecil dari pabrik komersial tetapi seratus atau seribu kali lebih besar dari skala laboratorium.

” Pabrik katalis yang kami buat disesuaikan dengan metode pembuatan katalis yang kami temukan dan kami pelajari dari pabrik komersial,` imbuh Melia.

Jadi pabrik katalis yang dimiliki ITB saat ini ada 2 line, yaitu pertama, line pembuatan katalis dgn metode presipitasi (pengendapan). Hasil akhir katalis berbentuk serbuk atau tablet dgn ukuran macam-macam. dan line kedua untuk metode sol -gel ( pasta). Katalis yg dihasilkan berbentuk ektrudat.

Salah satu contoh produknya adalah katalis “merah-putih” untuk mengkonversi minyak sawit menjadi diesel nabati (green diesel) atau bensin nabati (green gasoline / bio gasoline) dan yg mengkonversi minyak inti sawit (kernel sawit) menjadi avtur nabati (green avtur/bio avtur) ketiganya berbentuk ekstrudat.

” Katalis-katalis adalah kunci industri kimia. Jika negara produsen katalis berniat tidak baik kepada Indonesia, maka mereka tidak mau menjual katalisnya kepada kita atau memberikan harga yang sangat mahal, maka industri kimia yang membutuhkan katalis terseb tidak bisa beroperasi. Itu sebabnya kita harus mandiri dalam teknologi pembuatan katalis.” pungkas Melia mengakhiri.

sumber : http://indonews.id/artikel/20809/Pentingnya-Katalis-Dalam-Konvensi-Minyak-Sawit-Jadi-Bahan-Bakar-Nabati/