Mengukur Dampak Sertifikasi RSPO Terhadap Deforestasi Dan Kebakaran Di Indonesia

JAKARTA – Merujuk riset yang dimuat pada proceeding of the national academy of sciences of the united state of america (pnas), mencatat  perkebunan kelapa sawit yang telah menerapkan skim sertifikasi rspo memiliki kontribusi perlindungan lingkungan yang signifikan. sehingga dengan tingkat sertifikasi yang lebih tinggi dapat menghasilkan upaya perlindungan hutan yang juga lebih tinggi.

Kegiatan riset tersebut telah dilakukan belum lama ini, dan masuk dalam Proceeding of the National Academy of Sciences of the United State of America (PNAS) pada 29 September 2017 lalu. Dengan pengedit naskah Stephen Polasky, dari  University of Minnesota.

Sejatinya riset ini merupakan kerja bareng antara  Kimberly M. Carlsona, Robert Heilmayra, Holly K. Gibbsd, Praveen Noojipady, David N. Burns, Douglas C. Morton, Nathalie F. Walker, Gary D. Paoli, dan Claire Kremen.

Mereka merupakan periset dari sejumlah universitas di dunia seperti dari Department of Natural Resources and Environmental Management, University of Hawai, Institute on the Environment, University of Minnesota, Department of Geography, University of Wisconsin, University of Maryland, Lembaga Riset Daemeter, dan Department of Environmental Sciences, Policy and Management, University of California.

Riset ini dilatar belakangi  banyaknya perusahaan dan negara besar yang membuat komitmen untuk membeli bahan baku minyak sawit berkelanjutan atau hanya menerima komoditas yang memiliki tanggung jawab dalam melindungi hutan tropis.

Guna memenuhi kebutuhan tersebut, sertifikasi berkelanjutan menjadi solusi yang paling berpotensi untuk memenuhi komitmen pengadaan minyak sawit yang bertanggung jawab. Apalagi merujuk informasi dari RSPO, sekitar 20% dari produksi minyak sawit global telah memiliki sertifikat Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), pada tahun 2017.

Lantas, muncul pertanyaan besar apakah penerapan sertifikasi berkelanjutan bagi perkebunan kelapa sawit memiliki pengaruh terhadap perlindungan hutan atau deforestasi?

Sebab itu dilakukan riset tersebut, dari informasi yang didapat, riset ini menggunakan kumpulan data komprehensif dari perkebunan kelapa sawit yang telah menerapkan sertifikasi RSPO dan perusahaan yang belum menerapkan sertifikasi RSPO. Dengan areal mencakup kurang lebih 188 ribu km2  yang berlokasi di Indonesia. Ini dilakukan untuk melihat histori hilangnya tutupan pohon dan kejadian kebakaran yang menjadi dasar dalam evaluasi dampak sertifikasi RSPO dengan laju deforestasi dari tahun 2001 sampai 2015.

Dari hasil riset mencatat, skim sertifikasi mampu menurunkan tingkat deforestasi sebanyak 33% dari counterfactual 9,8 hingga 6,6% y − 1. Namun demikian, didapat kenyataan bahwa sebagian besar perkebunan kelapa sawit hanya memiliki sedikit sisa kawasan yang masih berupa hutan disaat mereka menerima sertifikasi. Akibatnya, pada tahun 2015, areal yang telah bersertifikat mampu mempertahakan kurang dari 1% hutan yang tersisa di perkebunan kelapa sawit Indonesia. Selain itu, sertifikasi tidak memiliki dampak kausal terhadap hilangnya hutan di lahan gambut atau tingkat deteksi kebakaran aktif.

Ini terjadi lantaran skim sertifikasi menetapkan persyaratan ketat untuk menghindari penggunaan lahan gambut, dan pemantauan rutin dari hilangnya tutupan hutan yang didefinisikan secara jelas pada perkebunan kelapa sawit yang telah bersertifikat dan menjadi anggota RSPO. Langkah ini  telah meningkatkan upaya perlindungan lingkungan dan dampak perubahan iklim lewat mengurangi kerusakan hutan tropis (deforestasi). 

Sebelumnya, ada anggapan meningkatnya permintaan global untuk komoditas pertanian dan kayu telah memicu terjadinya deforestasi hutan tropis, sebab itu pengurangan deforestasi berbasis komoditas tersebut mendukung mitigasi perubahan iklim, pelestarian keanekaragaman hayati, peningkatan kualitas udara dan hasil kesehatan manusia, perlindungan kualitas air, dan penghidupan berbasis hutan.

Sementara program-program yang disponsori negara dan kerjasama bilateral untuk mengatasi hilangnya hutan menghadapi beberapa kritik dan hambatan, rantai pasokan yang berorientasi ekspor memiliki karakteristik yang menawarkan kemungkinan-kemungkinan baru untuk intervensi konservasi. 

Sumber : https://www.infosawit.com/news/8972/mengukur-dampak-sertifikasi-rspo-terhadap-deforestasi-dan-kebakaran-di-indonesia