ISEI dan ETH Zurich Bahas Polemik Sawit

Di tengah panasnya masalah sawit, KBRI Bern bersama ETH Zurich dan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Jakarta, menggelar forum diskusi membahas isu sawit. Tujuannya, agar bisa lebih memahami permasalahan yang dihadapi industri sawit. 

Kegiatan ini diadakan di kampus ETH Zurich, Selasa (23/4), waktu setempat. Di mana, ETH Zurich merupakan salah satu perguruan tinggi terkemuka dan tertua di Swiss.

Acara diskusi ini dihadiri sekitar 80 undangan dari Swiss, baik akademisi, industri sawit, LSM bidang sawit, badan sawit berkelanjutan atau RSPO, KADIN Swiss, Kedutaan Besar negara penghasil sawit seperti Malaysia, Kamerun dan Kolumbia, serta sejumlah wakil lembaga pemerintah Swiss.

Dari pihak Indonesia, hadir puluhan anggota ISEI cabang Jakarta yang terdiri dari pimpinan sejumlah perusahaan, lembaga keuangan serta akademisi dari IPB dan Universitas Prasetya Mulya.

Dalam sambutan, Duta Besar RI Bern, Muliaman Hadad menyatakan, tujuan dari forum diskusi ini adalah menyamakan pandangan mengenai isu yang dihadapi industri minyak sawit. 
“Diharapkan tercipta peluang bekerjasama dalam membangun masa depan industri sawit yang berkelanjutan,” kata mantan Ketua Komisioner OJK ini.

Selanjutnya, seluruh peserta terlibat dalam suatu permainan yang diciptakan mahasiswa ETH Zurich dalam proyek OPAL (Oil Palm Adaptive Landscape), mengenai tantangan yang dihadapi para pemangku kepentingan sawit seperti pemerintah, perusahaan sawit, LSM serta petani sawit dalam pengembangan sawit yang berkelanjutan.

Permainan yang mirip dengan permainan monopoli ini dimainkan dengan antusias oleh para peserta. 

Dua pembicara dari ISEI yaitu Prof Bustanul Arifin (ISEI) dan Fadhil Hasan (Asian Agri), memaparkan tantangan dan potensi kelapa sawit Indonesia yang berkelanjutan.

Para pemeran dalam permainan menyampaikan sejumlah saran dan masukan agar pengembangan sawit di Indonesia, yang berkelanjutan tidak hanya memenuhi harapan pemerintah, namun juga para pemangku kepentingan lain seperti pengusaha sawit, LSM, petani sawit dan lainnya.

Perhatian yang lebih besar diperlukan untuk membantu petani sawit terutama terkait dengan akses modal, akses pasar yang lebih mudah dan luas dan bantuan teknis agar dapat meningkatkan kualitas produksinya.
Permainan ini telah memberikan pemahaman mendalam mengenai isu yang dihadapi dan inisiatif yang harus diambil. Para peserta menyimpulkan, bahwa menjadi petani kelapa sawit tidaklah mudah. 

Acara diskusi ini sangat bermanfaat untuk memahami berbagai masalah yang dihadapi masing-masing pemangku kepentingan dalam industri sawit ditengah kampanye negatif sawit di luar negeri.

Topik kelapa sawit menjadi isu hangat setelah diskriminasi yang dilakukan Uni Eropa terhadap ppenggunaan kelapa sawit, tepatnya setelah kebijakan Renewable Energy Directive (RED) II Delegated Act disahkan parlemen Eropa. 

“Swiss menjadi tempat ideal untuk membahas masa depan kelapa sawit. Mengingat Swiss bukan anggota Uni Eropa, dan memiliki pemikiran yang lebih terbuka terhadap isu ini,” paparn Muliaman.

Selanjutnya, para tamu disuguhi kopi dari Anomali Coffee dan Pipiltin Chocolate yang ikut dalam rombongan ISEI saat kunjungan ke Swiss. Dan Anomali Coffee mendapatkan tawaran dari pengusaha Swiss untuk menjadi agen penjualan produk mereka di Swiss.(DIR)

Sumber : https://rmco.id/baca-berita/top-world-news/8087/dihadiri-dubes-swiss-ri-isei-dan-eth-zurich-bahas-polemik-sawit