Antisipasi Kebutuhan Dunia, Indonesia Remajakan Kebun Karet

JAKARTA – Salah satu upaya pemerintah memperbaiki harga karet di pasar global adalah dengan melakukan peremajaan kebun karet.  Pemerintah pun menargetkan 50 ribu hektare kebun karet Indonesia dapat teremajakan.

Deputi VII Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian, Rizal Affandi Lukman mengatakan, program ini merupakan salah satu kebijakan yang dikeluarkan International Tripartite Rubber Council (ITRC) yang disebut sebagai Supply management Scheme (SMS). Di mana, para negara anggota ITRC atau penghasil karet terbesar dunia, yakni Thailand, Indonesia, dan Malaysia sepakat melakukan peremajaan kebun karet. Peremajaan ini untuk memperbaiki kualitas karet yang akan dijual ke pasar global sekaligus mempersiapkan pemenuhan kebutuhan karet global di masa mendatang.

“Instrumen ini disebut dari supply yaitu dari penanaman karetnya itu sendiri. Dampaknya ini lebih jangka panjang, yaitu supply managements scheme. Di Indonedia dan beberapa negara IRTC lain memperkenalkan program replanting karet,” ungkap Rizal di Kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jakarta Pusat, Senin (4/1).

Rizal menjelaskan, kondisi perkebunan karet Indonesia saat ini sudah memasuki masa tua dengan usia tanaman sekitar 30-40 tahun. Jadi, produktivitas dan kualitas karet yang dihasilkan cukup rendah.

Program peremajaan (replanting) ini pun jelas Rizal, nantinya hanya akan dilakukan pada 60% luas lahan kebun karet yang terpilih untuk diremajakan. Sementara 40% lahan sisanya akan difungsikan untuk tanaman lain seperti hortikultura untuk menjaga keberlanjutan penghasilan petani selama menunggu pohon karet yang baru berproduksi. Mengingat, tanaman karet membutuhkan waktu lima tahun untuk bisa dipanen atau berproduksi optimal.

Target peremajaan kebun karet yang hanya 60% ini, menurut Rizal, dilakukan untuk menghindari oversuplai karet di masa mendatang. Sehingga kenaikan produktivitas tidak terjadi secara signifikan.

“Nanti dengan jenis bibit baik dan muda, karet yang dihasilkan akan lebih banyak. Dan diperkirakan cukup dengan 60% lahan saja. Karena kalau semua juga nanti akan over supply atau kebanyakan,” tegas Rizal.

Saat ini, ungkap Rizal, pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pertanian (Kementan) baru akan meremajakan 6.000 hektare kebun karet yang ditargetkan tercapai hingga akhir tahun 2019.

“Ya bertahap nanti. Kita mulai yang dari 6000 ha dulu. Tahun sebelumnya ada replanting ada tapi masih kecil dan itu dilakukan secara sporadis dan nanti semoga bisa lebih massif lagi jumlahnya,” tambah Rizal.

Direktur Jenderal (Dirjen) Perkebunan Kementan, Kasdi Subagyono menyebutkan salah satu upaya perbaikan kualitas produksi karet di Indonesia ditempuh dengan cara replanting. Ia pun menyebutkan berdasarkan keputusan ITRC dalam upaya menaikan kembali harga karet di pasar global, Indonesia ditugaskan meremajakan 50 ribu hektare kebun karet.

Sementara Thailand dan Malaysia masing-masing diwajibkan meremajakan 65 ribu dan 25 ribu hektare kebun karet.

“Di Indonesia yang sudah ada di APBN kami di Kementerian Pertanian baru enam ribu hektare. Sehingga kekurangan 44 ribu itu dicarikan dana lain. Belum tau dananya di mana nanti. Masih dikomunikasikan dengan Kemenko nanti,” ujar Kasdi kepada Validnews beberapa waktu lalu.

Untuk diketahui, dalam pertemuan ITRC pada 4-5 Maret 2019 silam di Bangkok, Thailand para pejabat senior ITRC merinci dan merumuskan sejumlah kebijakan untuk memperbaiki harga karet di pasar global. Selain SMS, pertemuan khusus itu juga melahirkan kebijakan Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) untuk mengatur eskpor karet dari 3 negara anggota ITRC. Degan target pengurangan ekspor hingga 240 ribu ton selama empat bulan.

“Kalau mengurangi ekspor stok dunia kan menurun. Kalau stok menurun harganya akan naik,” imbuh Kasdi.

Kemudian untuk jangka menengahnya, dibuat kebijakan Demand Promotion Scheme (DPS), yaitu upaya ketiga negara meningkatkan konsumsi karet dalam negeri. Di mana, Indonesia sendiri memilih dan merencanakan penyerapan lebih banyak karet lagi untuk produksi ban hingga pembuatan aspal jalan.

Sekadar mengingatkan, harga komoditas karet alam sejak akhir tahun 2018 mengalami penurunan signifikan yang cukup mencabuk industri karet tiga negara penghasil karet terbesar dunia. Yakni Indonesia, Thailand, dan Malaysia. Merujuk data komoditas yang diterbitkan World Bank, pada November 2018 sempat berada di angka US$1,23 per kilogram.

Karet alam jenis technical standard rubber (TRS) di tahun 2018 terlihat turun hingga 17,96%, dari posisi rata-rata tahunnya mencapai US$1,67 per kilogram menjadi US$1,37 per kilogram.

sumber : https://www.validnews.id/Antisipasi-Kebutuhan-Dunia–Indonesia-Remajakan-Kebun-Karet-LzT