Setelah Terpuruk Satu Tahun, Harga TBS Sawit di Abdya Mulai Bergerak Naik

Setelah terpuruk sampai titik terendah kurun waktu selama satu tahun,  harga TBS (tandan buah segar) kelapa sawit di tingkat petani Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), mulai bergerak naik, meskipun sangat lamban. Senin (25/3/2019), harga TBS sawit di tingkat petani berkisar antara Rp 930 sampai Rp 1.000 per kilogram (kg).

Tingkat harga tersebut dilaporkan bertahan selama tiga pekan terakhir atau sejak awal Maret, ini.

Sayangnya, kendati harga bergerak naik, tapi belum dapat memberikan pendapatan lebih bagi petani disebabkan produksi TBS sawit terjadi penurunan.

Salim, salah seorang pedagang pengepul di Kecamatan Kuala Batee dihubungi Serambinews.com  menjelaskan, harga TBS sawit pada kisaran Rp 930 sampai Rp 1.000 per kg sudah bertahan sekitar tiga pekan terakhir. Harga TBS sawit meningkat secara perlahan-lahan dari tingkat harga pada awal Februari lalu berkisar antara Rp 850 sampai Rp 870 per kg.

Pergerakan harga di tingkat petani setelah pengusaha Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang beroperasi di wilayah Kabupaten Nagan Raya meningkatkan harga beli TBS sawit.

“Sekarang ini, TBS sawit yang ditampung PKS Nagan Raya berkisar antara Rp 1.150 sampai Rp 1.200 per kg,” katanya.

TBS kelapa sawit di tingkat  petani Abdya pernah menyentuh harga Rp 1.300 sampai Rp 1.320 per kg sampai pada Maret 2018, tahun lalu. Kemudian, menurun secara perlahan-lahan sehingga mencapai titik terendah Rp 600 per kg.

Petani kelapa sawit di Kecamatan Babahrot dan Kuala Batee daerah sentra tanaman sawit di Kabupaten Abdya sangat kewalahan.

Areal kebun kelapa sawit di sejumlah tempat tidak terurus dikarenakan hasil panen tidak mampu menutup biaya perawatan kebun.

Konon, areal kebun sawit di lokasi dengan medan yang sulit dijangkau tidak dipanen lagi karena butuh biaya angkut TBS yang telah dipanen menuju jalan yang bisa diakses mobil angkutan.

Kenaikan harga TBS sawit akhir-akhir, meskipun sangat lamban namun diperkirakan akan mengembalikan gairah petani mengurus kebun yang sudah lama terlantar.

Banyak kebun sawit yang tidak terurus selama sekitar satu tahun terakhir memang perlu biaya lumayan besar, terutama biaya pembersihan.

Sayangnya, ketika harga di tingkat petani mulai membaik, produksi TBS kelapa sawit penurunan drastis sehingga belum dapat memberikan pendapatan lebih bagi petani.

Keterangan diperoleh dari Bakhtiar, salah seorang petani di Kecamatan Babahrot bahwa   areal tanaman sawit seluas 2 ha sebelumnya bisa menghasilkan 2 sampai 3 ton TBS sawit, sekarang turun antara Rp 1,5  sampai Rp 2 ton per ha.

Peristiwa menurun produksi disebabkan tanaman kelapa sawit kurang terurus dan pemupukan tidak teratur. Para petani di Abdya mendesak pemerintah mengambil langkah atau kebijakan untuk meningkatkan harga TBS sawit.

Sebab, sawit menjadi komoditi unggulan di Abdya sehingga peningkatan harga TBS sawit mampu mensejahterakan sebagian besar petani.

sumber :  http://aceh.tribunnews.com/2019/03/25/setelah-terpuruk-selama-satu-tahun-harga-tbs-sawit-di-abdya-mulai-bergerak-naik?page=2.