Ketua Umum Gapki: Industri Sawit Harus Punya Daya Saing

BATAM-Untuk membuat industri sawit stabil dan survive disaat harganya turun, mulai dari minyak mentah kelapa sawit atau crude palm oil (CPO)  hingga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit, industri ini harus memiliki daya saing.

“Tahun 2018, kita akui secara produksi dan ekspor terjadi peningkatan. Namun, turun pada nilai, seperti harga CPO dan TBS yang tak beranjak naik. Yang dampaknya langsung dirasakan semua yang bersentuhan dengan industri ini. Cara keluar dari semuanya ini adalah kita, semua yang tergantung dalam bisnis ini harua memperbaiki daya saing. Jika daya saing bagus disaat harga turun. Setidaknya kita masih survive. Namun, jika daya saingnya tidak bagus, harga sawit turun, kita kebanyakan tak bisa apa-apa hanya bisa berdiam saja,” kata Joko Supriyono, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Sawit Indonesia (Gapki) dihadapan ratusan peserta Andalas Forum I, di Radisson Golf and Convention Center, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, Kamis, 21 Februari 2019.

Dijabarkan Ketum Gapki, bahwa industri sawit  telah memberikan peran yang sangat besar untuk Indonesia. Laporan tahun lalu, produksi sawit Indonesia itu mencapai 47 juta ton, 43 juta ton minyak mentah kelapa sawit atau crude palm oil dan 4 juta ton itu pko.

Tidak hanya itu, eksport sawit 2018 mencapai 34 juta ton, itu adalah CPO dan turunan, seperti biodiesel. Namun, tak maauk kernel dan cangkangnya, yang ternyata nilai ekspornya juga tinggi.

“Jadi apa yang disampaikan Bapak Presiden tentang produksi sawit nasional pada 46 juta beberapa waktu yang lalu adalah benar, ” ujarnya Ditambahkan Joko, bahwa turunnya harga sawit itu bukalh menjadikan dunia kiamat. Sebab, sawit itu akan terus tumbuh dan berkembang. Bagaimanapun, persoalan yang akan menghadangnya.

“Namun membuatnya survive, disitulah bagaimana kita harus memperbaiki daya saing. Industri sawit ini akan  terus berkembang. Namun, kita memiliki pekerjaan rumah. Kita harus punya harga saing. Selama sawit memiliki kompetitif dan daya saing paling unggul, semuanya akan survive,” sebutnya.

Semua pihak dikatakan Joko harus terlibat, mulai dari petani, pemerintah yang menjamin regulasi,  termasuk didalamnya kepastian hukum.

“Universitas juga mendukung meningkatkan daya saing. Studi dan researchnya harus mendukung daya saing, pupuk, produksi dan segala hal yang berkaitan dengan daya saing,” sebutnya.

 

Sumber : https://sawitplus.co/news/detail/8580/ketua-umum-gapki-industri-sawit-harus-punya-daya-saing%C2%A0