Perkembangan Biofuel China (Bagian II)

Pada tahun 2010, hanya ada lima pabrik bahan bakar etanol dengan nilai produksi 1,86 juta ton. Dua perusahaan minyak besar – China National Petroleum Corporattion (CNPC) dan China Petrochemical Corporation (SINOPEC) dan sebuah perusahaan agribisinis besar, China National Grere Oil & Foodstuffs Corp (COFCO) telah terlibat dalam produksi etanol melalui penetapan investasi, kepemilikan saham dan mekanisme lainnya.

Produksi biodiesel di China sekarang banyak dilakukan oleh perusahaan swasta yang menggunakan minyak limbah sebagai baku. Kapasitas total sekitar 1,5 juta ton (Liuk, dkk 2011), dan bahkan 2 juta ton (CRES, 2010). Sekitar 10 kapasitas perusahaan lebih tinggi dari 100.000 ton, yaitu Zhuoyue (100.000 ton) di propinsi Fujian. Dan beberapa perusahaan mengadopsi teknologi maju (yaitu, proses katalisis enzimatik oleh sungai di provinsi Hunan (20.000 ton).

Pemerintah China sangat menekankan jalur pengembangan non-grain (non – food oil) dalam berbagai dokumen kebijakan, yaitu Rencana Pembangunan Energi Terbarukan Jangka Menengah dan Jangka Panjang oleh NDRC, Rencana Pembangunan Bioenergi Pertanian (2007-2015) oleh Kementerian Pertanian, dan isu pengembangan danpromosi tanaman minyak oleh kantor umum dewan negara. Dalam studi ini, kita membahas berbagai opsi teknologi yang diperbolehkan berdasarkanrencana ini. Pilihan ini  meliputi : (i) bahan bakar etanol dari pati non butiran dan tanaman gula, (ii) biodiesel dari pohon bantalan minyak, (iii) Biodiesel dari minyak limbah , dan (iv) biofuel dari biomassa selulosa (biofuel generasi kedua).

Sumber : https://sawitindonesia.com/rubrikasi-majalah/berita-terbaru/inilah-strategi-minamas-cegah-karlahut/