Inilah Strategi Minamas Cegah Karlahut

JAKARTA, SAWIT INDONESIA –  Minamas Plantation melalui program Desa Mandiri Cegah Api menyatakan kesiapan dalam menghadapi musim panas yang diprediksi BMKG yang akan jatuh pada awal Mei – Juni 2018 dan puncaknya akan jatuh pada Agustus dan September 2018.
Hal tersebut diungkapkan Haryanto Tedjawidjaja, President Direktur Minamas Plantation, Jum’at (18/5). Menurut Haryanto, mencegah kebakaran dilakukan sebagai komitmen perusahaan perkebunan dalam membangun perkebunan dengan konsep “Zero Burning”. Bahkan mencegah terjadinya kebakaran juga dilakukan anak usaha Minamas Plantation dengan radius 5 KM Bebas api.
“Koordinasi dan komunikasi dengan semua pihak untuk memantau terjadinya titik api di wilayah masing-masing khususnya yang berada di sekitar perkebunan masyarakat,” jelas Haryanto.
Komitmen bebas api tidak hanya dilakukan di internal Minamas Plantation dan anak usahanya. Di luar lingkup perusahaan juga melakukan salah satunya melakukan program bebas api dengan masyarakat sekitar.
Bahkan untuk memaksimalkan dalam mencegah terjadinya kebakaran Minamas juga bekerjasama dengan LPPM Universitas Riau dengan pola pendampingan masyarakat. Tujuannya untuk merubah perilaku masyarakat dalam membuka lahan dengan pola tanpa membakar.
Selanjutnya Haryanto menambahkan, sebelum pelaksanaan program, Universitas Riau melaporkan 77% penduduk desa terpaksa membuka lahan untuk bertani di lahan gambut dengan cara membakar serta meninggalkan sisa pembakaran. Setelah  program berjalan, jumlah titik api berkurang dari 40 pada 2013-2014 menjadi hanya satu pada 2015-2016.
Konsep program Desa Mandiri Cegah Api terbukti efektif. Bahkan program tersebut memiliki keunggulan menempatkan peneliti untuk tinggal di desa-desa di antara penduduk desa selama masa program 6 -10 bulan.
“Keberhasilan program tersebut kemudian dilanjutkan ke desa lainnya di sekitar anak perusahaan Minamas pada 2016, PT Aneka Inti Persada (PT AIP) dan PT Tunggal Mitra Plantations (PT TMP) juga di Riau, dan PT Laguna Mandiri (PT LMI), PT Langgeng Muaramakmur (PT LMR) dan PT Bersama Sejahtera Sakti(PT BSS) di Kalimantan Selatan,” urai Haryanto.
Sementara,  di Kalimantan Selatan Minamas juga melakukan bekerja sama dengan LPPM Universitas Lambung Mangkurat. Mengingat program Desa Mandiri Cegah Api berhasil. Kemudian, program dilanjutkan pada 2017 dan 2018 dan melibatkan universitas lokal. Program tersebut juga sejalan dengan Program Pencegahan Kebakaran Berbasis-Cluster yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Perekonomian.
Selain itu,  Minamas pada pertengahan 2018 dan 2019 dalam proses penjajakan kerjasama dengan dua Universitas di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat akan melaksanakan program pemberdayaan masyarakat yang dapat memberi manfaat berkelanjutan.