Dana Badan Pengelola Sawit Difokuskan untuk Sejahterakan Petani

Artinya, kata Bambang, bahwa dari komoditas strategis itu dapat dihimpun dari komoditi ke komoditi. Maka, khusus untuk sawit, hal tersebut mendesak dilakukan. Karena kondisi pada waktu itu di tahun 2014 harga CPO terus menurun, sehingga memunculkan ide untuk membuka demand baru dalam negeri.
“Begitu di buka pasar baru dalam negeri, langsung naik kan harganya. Jadi, waktu itu bukan tujuannya mensubsidi bagi industri, tetapi bagaimana mengangkat harga CPO,” katanya kepada kepada Gatra.com, Rabu (21/3).
Menurut Bambang, jika harga CPO jatuh, maka petani juga akan mengalami kerugian. Dan sedikit demi sedikit terus merangkak naik harga CPO dan waktu yang tepat untuk “mengembalikannya” pada petani.
“Setelah naik harga, saatnya kita memberikan dana itu kepada petani sesuai roh nya UU Perkebunan itu, ” katanya.
Menurut Bambang, saat ini pemerintah akan fokus mereplanting atau peremajaaan kelapa sawit menggunakan 100% dana Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
“Sudah disetujui, kalo di tahun pertama itu Replanting 240 ha pada 2016. Tahun kedua di 2017 waktu saya masuk (Sebagai Dirjen), saya minta 20.700 ha. Kemudian tahun ini lagi kita minta 185 ribu ha,” katanya.
Sehingga, lanjut Bambang, pemerintah akan berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan petani sawit. “
Tinggal menurut saya yang kita perbaiki mekanismenya, supaya 185 ribu ha dan Kegiatan-kegiatan lainnya itu bisa di realisasikan,” kata Bambang.
Adapun BPDSPKS itu peruntukannya bukannya hanya untuk replanting semata, tapi juga bagaimana meningkatkan sarana dan prasarananya, peningkatan SDM-nya, dan juga memperkuat Litbangnya.
“Supaya ini bener-bener direalisasikan di masyarakat, cepat dirasakan di masyarakat, sehingga masyarakat tidak protes lagi,” katanya.
Dia mencontohkan, misalnya saat ini petani rakyat hanya menghasilkan 1 sampai 2 ton Buah Tanda Segar (BTS) sawit. Sedangkan, perusahaan besar yang sanggup menjaga tanamannya dengan baik bisa menghasilkan 10 hingga 12 juta ton BTS.
“Sekarang kita dorong baik swasta maupun petani untuk meningkatkan kualitasnya, ” katanya.
Bambang juga menyebut kualitas benih sawit Indonesia merupakan yang terbaik di dunia. Karena itu, Ditjen Perkebunan terus mengawalnya dengan baik, dan langsung dilaksanakan oleh 16 industri benih.
“Industri benih itu kita kawal hingga bagaimana menghasilkan benih. Itu kita sudah petakan, siapa membantu benih dimana, industri mana ke mana. Nanti kita SK-kan dengan Dirjen Perkebunan agar tidak ada yang ribut lagi,” katanya.